Kompas.tv, Kami tidak datang ke tempat pesta. Kami justru menepi, ke lorong-lorong sempit, ke gang kecil di ujung desa, ke dusun yang tak masuk siaran langsung. Di sanalah, di tempat-tempat yang tak dipenuhi sorak sorai, kami temukan kisah yang jauh lebih lantang. Bukan dari suara, tapi dari keberanian. Dari ibu yang menghidupi anak-anaknya sendirian. Dari remaja yang mengajar adik-adiknya tanpa listrik. Sunyi tempatnya, tapi riuh semangatnya.
Tak ada panggung di sana. Tak ada mikrofon atau sorotan kamera. Tapi mereka tetap berdiri, tetap bergerak. Setiap harinya adalah perjuangan yang tak sempat dipublikasikan. Tak ada status viral, tapi keteguhan mereka bisa membuat kita terdiam. Mereka tak meminta pujian — hanya butuh didengar. Dan kami datang bukan membawa tepuk tangan, melainkan ruang untuk menyampaikan apa yang selama ini tersimpan.
Sunyi tidak selalu berarti kalah. Di banyak sudut yang kami datangi, justru kami melihat suara-suara paling jujur. Mereka tak menyalahkan siapa pun. Mereka hanya terus berjalan, meski jalannya tidak pernah diratakan. Dari diamnya seorang anak yang tetap pergi sekolah meski tanpa sepatu, dari tatapan petani yang tak bisa menjual hasil panen — kami tahu, kisah mereka tidak butuh panggung besar untuk menjadi berarti.
Tugas kami bukan mengubah mereka menjadi berita satu hari. Tugas kami adalah memastikan kisah mereka tak lenyap ditelan kebisingan. Karena di sudut-sudut sunyi itulah negeri ini menyimpan daya tahan yang sesungguhnya. Dan selama masih ada yang setia bertahan tanpa sorak sorai, kami akan tetap datang — mendekat, mendengar, dan menyampaikan. Dengan utuh. Dengan hormat.